Statista, sebuah perusahaan konsultan dan riset pasar global yang berbasis di Amerika Serikat, memproyeksikan penjualan ponsel fitur di Indonesia akan mencapai nilai US$257,9 juta atau Rp 4,24 triliun pada tahun 2025. Ponsel fitur merupakan perangkat yang hanya dapat digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan pendek. Meskipun posisinya tidak sepopuler smartphone yang terhubung dengan internet, ponsel fitur masih memiliki tempat di pasaran Indonesia.
Menurut Statista, segmen pasar ponsel fitur diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar -5,54% setiap tahunnya hingga tahun 2029. Namun, volume penjualan ponsel fitur di Indonesia diproyeksikan mencapai 4,8 juta unit pada tahun tersebut. Meskipun tren pasar menuju smartphone yang lebih canggih terus berkembang, ponsel fitur masih diminati karena harganya yang terjangkau dan masa pakai baterainya yang tahan lama.
Di Asia Tenggara, pasar ponsel fitur juga diproyeksikan akan mengalami penurunan sebesar -5,67% setiap tahun hingga tahun 2029. Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar terhadap pasar ponsel fitur di kawasan tersebut. Operator telekomunikasi di Indonesia bahkan masih mempertahankan ratusan ribu menara penguat sinyal 2G khusus untuk melayani pengguna ponsel fitur hingga tahun 2025.
VP Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel, Saki H Bramono, menyatakan bahwa Telkomsel terus memantau kebutuhan pengguna ponsel fitur dan mempertahankan jaringan 2G untuk memenuhi kebutuhan layanan dasar seperti panggilan suara dan SMS. Meskipun jaringan 4G/LTE Telkomsel telah mencakup lebih dari 97% wilayah populasi Indonesia, BTS 2G masih tersebar di seluruh wilayah Indonesia untuk mendukung pengguna ponsel fitur.