Porsche mengalami tantangan berat dalam beberapa waktu terakhir. Setelah menjadi salah satu pemasok utama untuk Grup Volkswagen, perusahaan mobil sport mewah asal Jerman ini menghadapi penurunan laba, penjualan yang melambat di pasar Cina, dan dampak tarif AS. Selain itu, permintaan untuk mobil listrik juga tidak sesuai dengan ekspektasi yang ada. Sebagai respons, Porsche harus menunda beberapa model mobil listrik yang telah direncanakan dengan biaya sekitar $2,1 miliar. Mereka memutuskan untuk lebih fokus pada mobil hybrid di masa depan, dan inilah di mana peran CEO baru mereka, Michael Leiters, berperan.
Leiters akan resmi menjadi CEO Porsche mulai tanggal 1 Januari 2026, menggantikan Oliver Blume yang telah memimpin perusahaan selama satu dekade. Sebelumnya, Blume juga menjabat sebagai CEO untuk seluruh Volkswagen Group, namun peran ganda ini menuai kritik karena dinilai hanya menjalankan perannya sebagai CEO secara paruh waktu. Sebagai gantinya, Leiters, yang memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun di industri otomotif, akan membawa energi baru ke Porsche.
Kariernya dimulai di Porsche pada tahun 2000 sebagai manajer proyek dan kemudian memimpin berbagai proyek penting seperti Cayenne S Hybrid 2010. Setelah meninggalkan Porsche pada tahun 2013, Leiters sempat bekerja sebagai CTO di Ferrari sebelum akhirnya pindah ke McLaren sebagai CEO. Di McLaren, dia aktif mendorong elektrifikasi dan mengatasi berbagai tantangan perusahaan. Namun, dia meninggalkan McLaren setelah perusahaan bergabung dengan Forseven.
Saat ini, Leiters dihadapkan pada tantangan baru di Porsche yang kembali menekankan pentingnya mobil hibrida. Dengan pengalaman dan pengetahuannya di bidang ini, Leiters diharapkan dapat membawa Porsche ke tingkat yang lebih baik di masa depan. Meskipun Porsche memiliki fokus yang jelas pada teknologi hibrida, perjalanan Leiters tidak akan mudah, namun diharapkan dapat memberikan perubahan positif bagi perusahaan.





