Mengenal Sabu: Dampak Buruk bagi Tubuh dan Ekonomi

by -33 Views

Narkotika jenis sabu atau metamfetamina masih menjadi zat terlarang yang sering disalahgunakan di Indonesia. Sabu bekerja langsung pada sistem saraf pusat dan memberikan efek euforia sesaat setelah penggunaan, namun memiliki risiko besar bagi penggunanya. Konsumsi sabu dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan otak, gangguan kejiwaan, serta masalah sosial dan ekonomi yang serius. Sabu, atau metamfetamina, merupakan turunan amfetamina yang merupakan zat stimulan. Zat ini dapat meningkatkan aktivitas otak, meningkatkan energi, dan memberikan efek euforia. Metamfetamina pertama kali disintesis pada tahun 1893 oleh Nagai Nagayoshi dari Jepang dan awalnya digunakan untuk kepentingan medis.

Seiring dengan peningkatan kasus penyalahgunaan, banyak negara telah melarang penggunaan sabu karena dampak adiktif yang tinggi. Sabu bekerja dengan menstimulasi sistem saraf pusat dan memicu pelepasan dopamin di otak. Pengguna akan merasa fokus, bersemangat, dan bahagia, namun hal ini akan berubah ketika efeknya mereda dan otak memerlukan dosis tambahan. Di Indonesia, sabu merupakan jenis narkotika terbanyak kedua yang disalahgunakan setelah ganja. Dampak penggunaan sabu dalam jangka panjang termasuk gangguan kesehatan fisik, mental, dan sosial. Dampak tersebut meliputi gangguan jantung, kerusakan otak, penurunan berat badan, paranoia, depresi, ketergantungan, keretakan hubungan keluarga, perilaku ilegal, dan kerugian ekonomi.

Melihat dampak yang ditimbulkan, sabu bukan hanya menjadi masalah hukum tetapi juga kesehatan dan sosial yang serius dan memerlukan perhatian. Edukasi, pencegahan, dan rehabilitasi bagi penyalahgunaan narkotika jenis ini menjadi langkah utama untuk melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan sabu.

Source link