Volvo saat ini menghadapi tantangan yang signifikan dalam merencanakan transisi ke mobil listrik. Meskipun berinvestasi besar dalam pengembangan mobil listrik, Volvo mengalami tiga masalah utama yang melanda proyek ini. Pertama, penjualan mobil listrik Volvo tidak tumbuh sesuai rencana seperti yang diharapkan. Kedua, mobil listrik Volvo terkendala oleh keterlambatan dan masalah perangkat lunak yang mengganggu kualitasnya. Terakhir, Volvo juga terpengaruh oleh perang dagang global, karena mayoritas produksi mobil berlangsung di Cina dan bukan di Amerika Serikat.
Untuk mengatasi masalah ini, Volvo meluncurkan mobil listrik terbaru, EX60. SUV all-electric ini diharapkan menjadi solusi atas persoalan yang dihadapi oleh mobil listrik sebelumnya. EX60 akan menjadi mobil listrik Volvo dengan jangkauan terjauh sejauh ini dengan klaim mencapai 310 mil pada siklus EPA. Meskipun rincian resmi belum sepenuhnya diungkap, EX60 diharapkan menawarkan ruang yang cukup untuk lima penumpang dan desain crossover seukuran XC60.
Volvo berharap EX60 dapat menjadi jawaban atas kelemahan yang dimiliki mobil listrik sebelumnya dan menjadi alternatif yang matang untuk menggantikan jajaran mobil bensin dan hybrid yang sudah usang. Meski terdapat beberapa hambatan yang masih harus diatasi, Volvo optimis bahwa EX60 akan berhasil dan memenuhi harapan pengguna kelas menengah. Meskipun proses produksi EX60 akan dilakukan di Swedia, Volvo berharap potensi kesepakatan perdagangan antara Uni Eropa dan AS dapat mengurangi hambatan tarif.
Untuk mencapai kesuksesan, Volvo harus memperhatikan faktor harga, fitur, kualitas perangkat lunak, dan keandalan. Perubahan yang dihadapi Volvo bukan hanya sebatas pengembangan teknologi, tetapi juga melibatkan aspek-aspek lain seperti kesiapan pasar dan regulasi perdagangan global. Dengan peluncuran EX60, Volvo berharap dapat menjawab kritik dan mengatasi masalah yang selama ini menghambat pertumbuhan mobil listrik perusahaan.