Indonesia kini telah memiliki pangsa pasar nikel dunia yang cukup signifikan, mencapai lebih dari 60%. Hal ini telah menimbulkan dampak negatif bagi tambang nikel di beberapa negara lain yang akhirnya mengalami kesulitan bersaing. CEO Eramet Indonesia, Jerome Baudelet, mengungkapkan bahwa lonjakan pasokan nikel dari Indonesia telah membuat harga nikel di pasar menurun, menyebabkan beberapa tambang nikel di luar Indonesia harus ditutup karena tidak mampu bersaing. Sekitar 500.000 ton kapasitas tambang nikel di berbagai negara telah terpaksa tutup dalam 2-3 tahun terakhir.
Jerome juga menyebutkan bahwa pasokan nikel asal Indonesia telah meningkat secara signifikan, dari sebelumnya hanya 8% menjadi lebih dari 60%. Hal ini telah memberikan dampak yang signifikan dalam industri nikel global. Produksi bijih nikel dari tambang di Weda Bay, Maluku Utara, diprediksi dapat mencapai 42 juta ton tahun ini, naik dari perkiraan awal sebanyak 32 juta ton dengan persetujuan Kementerian ESDM. Produksi tersebut akan terbagi antara bijih nikel kadar tinggi dan kadar rendah yang akan disuplai ke fasilitas pemrosesan dan pemurnian nikel di Indonesia.
Untuk tahun depan, perusahaan di Weda Bay memiliki target produksi nikel yang sama dengan tahun ini, yakni 42 juta ton. Dengan lonjakan produksi nikel dari Indonesia, industri nikel global mengalami perubahan signifikan yang perlu dipertimbangkan secara cermat untuk menjaga keseimbangan pasar nikel dunia.