Hamas telah menerima proposal gencatan senjata baru untuk Gaza, seperti yang diungkapkan oleh anggota senior kelompok tersebut, Bassem Naim, Senin (18/8/2025). Naim mengonfirmasi persetujuan Hamas terhadap proposal baru tersebut yang diajukan oleh para mediator Mesir dan Qatar, dengan dukungan dari Amerika Serikat (AS).
Menurut Naim, Hamas berdoa agar perang ini dapat segera dihentikan demi kebaikan rakyat mereka. Sumber Hamas sebelumnya menyatakan bahwa kelompok tersebut menerima proposal tanpa perubahan apapun dan Egypt dan Qatar telah meneruskannya kepada Israel. Namun, Israel belum memberikan tanggapan atas proposal tersebut.
Para mediator diperkirakan akan segera mengumumkan kesepakatan yang dicapai dan menetapkan jadwal untuk melanjutkan perundingan. Kesepakatan tersebut termasuk gencatan senjata awal selama 60 hari, pembebasan sebagian sandera, pembebasan tahanan Palestina, serta ketentuan untuk bantuan masuk ke Gaza.
Namun, proposal ini muncul setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk menaklukkan Gaza, yang menuai kecaman internasional dan oposisi dalam negeri. Meskipun kondisi kemanusiaan di Gaza memburuk, Abdelatty menegaskan perlunya kesepakatan untuk mengatasi masalah tersebut.
Selain itu, kondisi nasib sandera yang ditawan selama konflik juga menjadi perhatian utama. Meski Israel bersedia melepaskan semua sandera dengan syarat penghancuran Hamas, Presiden AS Donald Trump menekankan perlunya menghancurkan Hamas terlebih dahulu sebelum membebaskan sandera yang tersisa.