Aston Martin mengalami kesulitan seperti banyak produsen mobil saat ini. Tarif AS dan permintaan yang menurun di Cina telah mempengaruhi prospek keuangan merek ini untuk tahun ini. Perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas pada akhir tahun 2025 daripada menghasilkan laba. Untuk mengatasi situasi keuangan, Aston Martin telah menjual sahamnya di tim Formula 1, dengan harapan mendapatkan suntikan dana yang dapat membantu operasional sehari-hari tanpa terlalu memengaruhi tim balap. Meskipun tidak lagi memiliki saham finansial di tim F1, tim ini akan tetap dikenal sebagai Aston Martin Aramco Formula One Team berkat perjanjian komersial jangka panjang. Sementara itu, konsorsium investasi yang dipimpin oleh Lawrence Stroll yang memiliki mayoritas saham di Aston Martin akan meningkatkan kepemilikannya, kemungkinan dengan suntikan dana tambahan.
Seorang analis bahkan mengusulkan bahwa Aston Martin mungkin menjelma menjadi perusahaan tertutup untuk meningkatkan keuangannya. Hal ini sebagai langkah untuk meningkatkan kelincahan, menarik mitra jangka panjang, dan mengurangi beban administratif dan keuangan. Meskipun demikian, Aston Martin masih memiliki keunggulan dalam pasar mobil mewah karena basis klien mereka, yang terdiri dari pembeli kaya yang tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan ekonomi. Meski sedang menghadapi tantangan, perusahaan ini berusaha untuk mengurangi biaya secara internal dan memperkirakan pemulihan marjin kotor akan membutuhkan waktu hingga tahun 2027 atau lebih. Selain itu, langkah-langkah pemangkasan biaya juga masih perlu disaring agar efektif.