6 Update Perang Dagang Trump: Revisi Tarif dan Serangan Balik

by -41 Views

Pada 1 Agustus 2025, AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump kembali menciptakan gejolak dalam perdagangan global. Negosiasi dagang dengan sejumlah mitra dagang utama seperti Indonesia, Filipina, Jepang, dan Uni Eropa berlangsung intensif guna menghindari peningkatan tarif ekspor ke AS. Perundingan dagang antara Indonesia dan AS telah menghasilkan kesepakatan tarif impor sebesar 19%, yang merupakan hasil dari negosiasi langsung antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump. Tarif tersebut dijadikan final dan mengikat, juga termasuk komitmen Indonesia untuk membeli pesawat senilai US$3,2 miliar dan produk energi hingga US$15 miliar dari AS.

Sementara itu, Filipina juga terkena tarif impor sebesar 19% dari AS, meskipun kesepakatan dagang antara keduanya mencakup penghapusan tarif untuk barang AS dan peningkatan kerja sama militer. Di sisi lain, tarif impor untuk barang dari Jepang turun menjadi 15% setelah ancaman tarif sebesar 25% tidak terealisasi. Trump mengklaim kesepakatan dengan Jepang sebagai yang terbesar yang pernah dicapai, dengan Jepang akan menanamkan investasi hingga US$550 miliar ke ekonomi AS.

Korea Selatan pun ikut merespon dengan kewaspadaan setelah kesepakatan AS-Jepang diumumkan. Mereka siap menegosiasikan paket dagang baru yang setara dengan kesepakatan yang dicapai Jepang. Di sisi lain, Uni Eropa dan Kanada juga menjadi sasaran tarif dari AS. Jika negosiasi gagal, AS akan memberlakukan tarif hingga 30% atas produk dari Uni Eropa dan 35% terhadap produk Kanada.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan bahwa tarif tinggi menjadi alat negosiasi strategis AS. Dalam wawancara eksklusif dengan CNBC, Bessent menyatakan bahwa tarif yang lebih tinggi akan memberikan tekanan pada negara-negara tertentu untuk mencapai kesepakatan yang lebih baik. Meskipun terbuka untuk melanjutkan negosiasi, AS tidak akan terburu-buru dalam mencapai kompromi. Hal ini berpotensi merugikan perdagangan global sekaligus membawa risiko ekonomi bagi AS.

Source link