Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak setelah para petinggi militer Iran menyatakan bahwa pasukan mereka siap sepenuhnya untuk melanjutkan perang melawan Israel kapan saja. Meskipun gencatan senjata sementara yang dimediasi Amerika Serikat telah menghentikan konflik selama 12 hari terakhir, Teheran menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mundur atau menunjukkan belas kasihan jika diserang kembali. Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Mayor Jenderal Mohammad Pakpour, menyatakan bahwa militer Iran telah bersiaga penuh untuk kembali berperang. Peringatan keras tersebut disampaikan di tengah ketidakpastian masa depan diplomasi nuklir dan meningkatnya retorika militer dari berbagai pihak yang terlibat, termasuk Amerika Serikat dan Israel. Pasukan Iran dinyatakan siap untuk melanjutkan pertempuran dari titik di mana konflik terakhir berhenti, dengan tekad untuk tidak memberi ampun kepada para agresor. Iran hanya akan menggunakan kekuatan penuh jika perang benar-benar tak terelakkan.
Dalam konteks diplomasi nuklir, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyatakan bahwa Teheran hanya akan kembali ke meja perundingan jika syarat-syaratnya dianggap adil dan seimbang. Iran menegaskan bahwa beban atas mandeknya diplomasi berada di pundak Washington, bukan Teheran, menanggapi tenggat waktu baru dari Barat yang menekan agar kesepakatan tercapai sebelum akhir Agustus. Pernyataan mengenai keadaan fasilitas nuklir Iran juga mengemuka setelah laporan yang meragukan klaim Presiden Donald Trump, menurut laporan NBC News. Meskipun ada gencatan senjata, Israel tetap melanjutkan kampanye militernya terhadap Iran, menunjukkan bahwa ancaman dari Iran dianggap sebagai sesuatu yang aktif dan berkelanjutan. Semua pihak terus menguatkan posisi dan persiapan perang, serta memantau dengan ketat situasi di Timur Tengah.