Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengkonfirmasi rencana pemerintahannya untuk memberlakukan tarif baru kepada sejumlah negara, termasuk negara-negara kecil tanpa perjanjian dagang khusus dengan AS. Tarif baru ini diprediksi akan mencapai “sedikit di atas 10%” dan melibatkan lebih dari 20 negara mitra dagang.
Trump menyatakan rencana tersebut kepada wartawan setelah acara di Pittsburgh, dengan menyebut bahwa surat pemberitahuan akan segera dirilis dan kemungkinan akan diterapkan satu tarif untuk semua negara tersebut. Pernyataan tersebut datang setelah AS mencapai kesepakatan dagang besar dengan Indonesia, yang berhasil menghindari bea masuk yang tinggi.
Sebelumnya, Trump mengancam akan memberlakukan tarif hingga 32% terhadap produk Indonesia yang masuk ke AS, namun setelah negosiasi dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto, tarif diturunkan menjadi 19%. Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Indonesia setuju untuk membeli energi senilai US$15 miliar, produk pertanian senilai US$4,5 miliar, dan 50 pesawat Boeing jet.
Langkah Indonesia ini dianggap sebagai strategi untuk mengurangi risiko perdagangan dan menjaga hubungan bilateral dengan AS, terutama setelah penurunan tarif menjadi 19%. Namun, Trump juga memberi peringatan bahwa barang yang diangkut ulang melalui negara ketiga untuk menghindari tarif AS tetap akan dikenai tarif penuh.
Meskipun belum ada rincian kapan tarif baru tersebut akan diberlakukan, negara-negara di Asia dan Afrika saat ini sedang mempercepat negosiasi untuk menghindari tekanan serupa. Ini menunjukkan dinamika perdagangan yang cepat bergerak di tengah ketegangan perdagangan global yang semakin meningkat.