Ancaman Trump & Kunjungan Airlangga ke AS: Dampak Tarif 200%

by -40 Views

Perang dagang global kembali memanas setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan gelombang baru tarif impor terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia. Langkah agresif ini menambah ketegangan global dan memicu respons cepat dari berbagai negara serta pelaku pasar. Terkait dengan hal ini, terdapat enam perkembangan terbaru seputar perang dagang Trump hingga Rabu (9/7/2025).

Pertama, Trump mengumumkan rencana mengenakan tarif 50% untuk impor tembaga dan mengancam tarif hingga 200% untuk produk farmasi dalam rapat kabinet Gedung Putih pada Selasa (7/7/2025). Meski begitu, tarif untuk farmasi tidak langsung berlaku, dengan pemerintah AS memberikan masa transisi 12-18 bulan.

Kedua, dalam sebuah pertemuan para diplomat ASEAN di Kuala Lumpur, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyindir keras kebijakan tarif terbaru Trump. Ia menyatakan menilai tarif, pembatasan ekspor, dan hambatan investasi kini berubah menjadi senjata persaingan geopolitik.

Ketiga, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertolak ke AS untuk membahas tarif impor RI 32% yang dikenakan oleh Trump. Pertemuan ini sebagai respons atas surat tarif tersebut dan diharapkan akan membawa hasil positif bagi Indonesia.

Keempat, Indonesia tetap berkomitmen untuk impor barang senilai US$ 34 miliar dari AS meski dikenai tarif tinggi. Kerja sama strategis antara kedua negara tetap dilanjutkan untuk sektor pertanian dan energi.

Kelima, Wakil Menlu RI Arif Havas Oegroseno menyatakan bahwa pemerintah masih memiliki waktu hingga 1 Agustus untuk bernegosiasi terkait tarif dari AS. Dirinya mengungkapkan bahwa surat tarif yang diterima merupakan standar dan Indonesia bukan satu-satunya negara yang dikenai tarif.

Terakhir, meskipun pasar tampak mati rasa terhadap kebijakan dagang Trump, investor mulai memperhatikan Asia sebagai destinasi investasi yang menjanjikan. Kawasan Asia, termasuk negara seperti India, menjadi fokus investor yang mencari peluang baru di tengah ketidakpastian perdagangan global.

Source link