Program Sekolah Rakyat di 63 titik rintisan akan segera dimulai pada pertengahan bulan Juli oleh Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Selain itu, 37 titik berikutnya akan mengikuti sesaat setelahnya, dengan target seluruh program berjalan penuh pada awal Agustus. Gus Ipul menyatakan bahwa sudah ada 9.700 siswa siap mengikuti pembelajaran di 100 titik Sekolah Rakyat, yang akan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum memulai kegiatan belajar mengajar, sesuai arahan Presiden. Masa orientasi bagi siswa, guru, dan tenaga pendidik akan dilaksanakan lebih lama karena status sekolah sebagai rintisan.
Rapat Tingkat Menteri yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar di Jakarta, menjadi langkah penting dalam evaluasi program penanggulangan kemiskinan nasional. Muhaimin Iskandar menegaskan betapa pentingnya Sekolah Rakyat sebagai langkah konkrit memotong rantai kemiskinan melalui pendidikan.
Selain program ini, pembangunan Sekolah Rakyat permanen juga direncanakan dimulai tahun ini, dengan target minimal satu sekolah di setiap kabupaten atau kota. Inisiatif ini sebagai upaya untuk memutus rantai kemiskinan antar generasi. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan sekitar 422 ribu anak usia sekolah dari keluarga miskin ekstrem yang tidak sekolah atau putus sekolah. Total anak usia 7-18 tahun di Indonesia yang belum sekolah atau tidak lagi sekolah mencapai sekitar 4,1 juta orang, atau sekitar 7%, yang menjadi landasan utama bagi keberlangsungan Sekolah Rakyat ini.
Kepala BPS, Amalia Adininggar, menekankan bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam kesejahteraan keluarga, dengan mayoritas kepala keluarga miskin hanya berpendidikan SD atau bahkan tidak lulus SD. Sehingga, intervensi pendidikan seperti Sekolah Rakyat diharapkan bisa menjadi solusi yang masuk akal dalam memutus lingkaran kemiskinan.