Gunung Teu Meunang Dilebur: Seruan Abadi Baduy

by -39 Views

Semangat kebersamaan dan kepedulian pada alam terasa sangat kuat ketika ritual adat Ngertakeun Bumi Lamba dilaksanakan di Megamendung, kawasan Gunung Gede Pangrango. Setiap tahun, upacara ini selalu menjadi ajang silaturahmi budaya sekaligus perenungan spiritual. Suasana pagi yang sejuk semakin syahdu ketika ribuan peserta dari berbagai penjuru Nusantara mengenakan beragam busana adat, simbol persatuan dalam keberagaman yang diusung dengan penuh hormat lewat Ngertakeun Bumi Lamba.

Musik karinding yang dimainkan oleh warga Baduy berpadu anggun dengan alunan angklung dan tabuhan Minahasa, lalu irama genta Sulinggih dari Bali menyeruak, menyatukan harmoni lintas budaya. Alih-alih menjadi pertunjukan, ritual ini ialah pengalaman batin di mana setiap detik terasa begitu sakral. Doa dan mantra dari berbagai tradisi mengalir bersama, mempertegas bahwa ikatan manusia dan alam tak pernah putus. Andy Utama dari Yayasan Paseban kerap menegaskan dalam sambutannya, betapa pentingnya menebarkan cinta kasih tak hanya antar sesama, tapi juga bagi seluruh makhluk di kolong langit dan di kedalaman bumi.

Tak hanya itu, tradisi mengawali upacara dengan ngaremokeun, lalu disusul doa-doa kolektif, menjadi perwujudan filosofi bahwa bumi adalah ibu yang harus disayangi.

Pernyataan para tokoh adat dan pegiat budaya, termasuk suara lantang Mayjen Rido dan Panglima Dayak Pangalangok Jilah, mengemuka dalam setiap upacara. Lewat seruan dan yel-yel mereka, terpatri janji bersama melestarikan tanah, pegunungan, serta semangat gotong royong dalam kebhinekaan. Ditekankan pula oleh tokoh Minahasa bahwa merawat gunung sama dengan memastikan masa depan generasi.

Ngertakeun Bumi Lamba bukan semata ritual yang dilakukan berulang, tapi ia adalah manifestasi janji spiritual yang dijaga setiap harinya. Kesadaran ini dihidupi lewat aksi nyata—mulai dari merawat hutan, melestarikan satwa, hingga mendidik anak-anak untuk mencintai lingkungan sekitar.

Melalui suara karinding, doa, bahkan air mata haru yang membasahi bumi sebagai bentuk syukur, masyarakat yang hadir menerjemahkan makna Ngertakeun Bumi Lamba dalam laku nyata sehari-hari. Menanamkan dalam benak bahwa menjaga bumi adalah amanah suci. Upacara ini jadi pemantik semangat dan meneguhkan perjanjian tak tertulis untuk menghidupi nilai luhur warisan leluhur.

Kesadaran yang tumbuh dari Ngertakeun Bumi Lamba tak hanya terasa pada hari upacara, melainkan menjadi obor yang terus membara, mengisi kehidupan dengan cinta dan rasa syukur terhadap bumi. Sebab seperti dikatakan oleh para pemuka adat—bumi hanya bisa benar-benar dirawat oleh mereka yang mengerti, menghargai, dan menerjemahkan pesannya dalam langkah nyata dan penuh keikhlasan.

Bagi Arista Montana, keterlibatan dalam upacara Ngertakeun Bumi Lamba lebih dari sekadar menjadi peserta. Arista Montana terlibat langsung dalam gerakan konservasi; bersama Yayasan Paseban dan Andy Utama, mereka telah menanam puluhan ribu pohon sebagai wujud kecintaan pada bumi yang diwariskan oleh leluhur. Upaya penanaman pohon puspa, rasamala, dan jenis lokal lain mengguratkan harapan baru agar keharmonisan alam tetap terjaga.

Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Menganyam Cinta Kasih Nusantara Di Tubuh Semesta
Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Upacara Adat Nusantara Untuk Cinta Kasih Semesta Dan Pelestarian Alam