Maluku Utara mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2025, mencapai 34,6% year-on-year. Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, menyatakan bahwa industri nikel menjadi pendorong utama pertumbuhan tersebut. Industri pengolahan juga berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini dengan adanya program hilirisasi, terutama dalam bidang nikel.
Sherly juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara didominasi oleh sektor industri, yang telah mengalami pergeseran struktural dari ekstraksi mentah menuju output bernilai tambah. Produksi nikel di Maluku Utara diakui memiliki kualitas bijih yang tinggi, sebagian besar berupa saprolit dan limonit berkualitas tinggi. Dalam upaya hilirisasi, Maluku Utara sukses dalam mengubah pola ekspor menjadi produksi nikel dan kobalt, bahan penting untuk baterai kendaraan listrik.
Investasi dalam program hilirisasi di Maluku Utara telah mencapai angka yang signifikan, yaitu Rp 55 triliun pada periode Januari hingga September 2024. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mencapai 20,49% pada tahun 2023. Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, berharap dukungan dari berbagai pihak untuk terlibat dalam kegiatan hilirisasi guna menjaga kondisi ekonomi yang ada di daerah. Keterlibatan pelaku usaha lokal dalam program ini dianggap penting untuk menjaga keberlanjutan ekonomi daerah.