Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, berbagi cerita tentang kehidupannya saat masih kecil, di mana ia tumbuh di lingkungan dengan keterbatasan ekonomi. Sejak kecil hingga menyentuh masa SD, ia tidak pernah menikmati fasilitas listrik. Bahlil mengungkapkan bahwa saat bersekolah di tingkat SD, ia harus mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan menggunakan lampu pelita yang menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Dalam sebuah Konferensi Pers Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 di Kantor Kementerian ESDM, Bahlil menceritakan bagaimana dirinya tumbuh dalam kondisi tanpa listrik dan berharap agar program Listrik Masuk Desa yang tercantum dalam RUPTL dapat memberikan akses listrik kepada masyarakat pedesaan dalam 10 tahun ke depan. Bahlil menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk menyuplai listrik ke desa-desa dan daerah terpencil di seluruh negeri, dari Aceh hingga Papua.
Ia berharap agar anak-anak masa sekarang tidak lagi mengalami kesulitan seperti yang dialaminya dulu, dengan tidak adanya akses listrik yang membuatnya sekolah tanpa air untuk mandi dan menggunakan lampu pelita dari botol bekas dengan minyak tanah. Program listrik desa juga menjadi bagian dari arahan Presiden RI Prabowo Subianto hingga tahun 2029. Dalam rencana RUPTL hingga tahun 2034, program listrik desa ini diharapkan dapat mencakup 780 ribu rumah dengan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 394 Mega Watt (MW) serta memerlukan total investasi sebesar Rp 50 triliun untuk pembangunan jaringan listrik desa.
Dengan demikian, langkah-langkah tersebut diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat pedesaan Indonesia dalam hal akses listrik, menciptakan kondisi yang lebih baik bagi perkembangan pendidikan dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Menyadari pentingnya program ini, Bahlil mengoptimalkan upaya-upaya ini dengan harapan agar akses listrik dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.