Walmart Inc., raksasa ritel Amerika Serikat, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 1.500 karyawan sebagai bagian dari upaya restrukturisasi untuk menyederhanakan operasional dan menekan biaya. Keputusan ini tercermin dalam memo internal perusahaan yang dirilis pada Rabu. Pemangkasan tersebut berdampak pada beberapa divisi strategis, seperti operasi teknologi global, pemenuhan e-commerce, dan unit bisnis periklanan Walmart Connect. Perusahaan berupaya untuk meningkatkan efisiensi sambil beradaptasi dengan perubahan sektor ritel global.
“Mempertajam fokus” adalah alasan di balik keputusan ini, sesuai kutipan dalam memo tersebut. Selain memangkas posisi, Walmart juga akan membuka posisi baru guna sesuaikan struktur organisasi dengan prioritas bisnis yang sedang berkembang. Namun, rincian tentang jumlah posisi baru belum diungkapkan. Walmart, pemberi kerja swasta terbesar di AS, juga merupakan importir terbesar di negara itu. Restrukturisasi ini datang setelah perusahaan mengumumkan rencana kenaikan harga pada sejumlah produk sebagai respons terhadap tekanan rantai pasokan akibat perang dagang yang sedang berlangsung.
Dampak tarif tambahan dan masalah impor telah menambah beban operasional Walmart di tengah ketidakpastian ekonomi global. Walmart sebelumnya juga memangkas posisi dan menutup kantornya di North Carolina sebagai bagian dari relokasi karyawan ke pusat operasi di California dan Arkansas. Unit teknologi global dan unit periklanan Walmart Connect merupakan yang terdampak pemangkasan ini. Aksi serupa dilakukan oleh perusahaan ritel besar lainnya di AS dalam beberapa bulan terakhir, mengikuti kenaikan biaya logistik dan inflasi serta perlambatan pertumbuhan belanja konsumen.