Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, rencananya akan mengunjungi negara-negara di kawasan Teluk Persia, seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab pada tanggal 13 Mei 2025. Kunjungan ini berlangsung di tengah ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung. Dalam agenda yang dijadwalkan, Trump akan membahas gencatan senjata perang antara Israel dan Gaza, perdagangan minyak, investasi, serta kemungkinan pengembangan kebijakan baru terkait ekspor semikonduktor canggih dan program nuklir.
Sejumlah prediksi dan harapan muncul terkait kunjungan ini. Monica Malik dari Abu Dhabi Commercial Bank menyebutkan potensi penghapusan tarif 10% Trump pada aluminium dan baja, yang dianggap akan memberikan dampak positif bagi negara-negara Teluk, meskipun logam tersebut hanya memberi kontribusi kecil pada PDB negara-negara tersebut. Hubungan Trump dengan negara-negara Teluk Arab, khususnya UEA dan Arab Saudi, telah diungkap dengan proyek bisnis keluarganya di sana, sehingga bisa memperkuat posisi negara-negara tersebut dalam perundingan kesepakatan perdagangan baru.
Selain itu, kunjungan Trump juga menarik perhatian Wall Street dan Silicon Valley, di mana raksasa-raksasa teknologi tersebut akan mengikuti acara Saudi-AS Forum Investasi yang akan diselenggarakan di Riyadh. Ada antusiasme besar terkait kemungkinan kesepakatan investasi yang bisa diumumkan. Masalah AI dan teknologi semikonduktor menjadi topik utama yang disoroti, terutama dalam konteks rencana pembukaan izin ekspor semikonduktor AS yang semakin diperketat.
Agenda lain yang akan dibahas adalah mengenai program nuklir, di mana pemerintahan Trump terlibat dalam pembicaraan dengan Iran, didukung oleh UEA dan Arab Saudi. Arab Saudi sendiri juga memiliki ambisi untuk program nuklir sipil dan meminta dukungan AS dalam proses ini. Dukungan AS sebelumnya terhadap program nuklir Saudi didasarkan pada normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel, namun hal tersebut bisa berubah seiring perkembangan kunjungan ini.