Berkembangnya industri logam tanah jarang di China memberikan negara tersebut “kartu” untuk melawan perang dagang yang dipimpin oleh Trump. Logam tanah jarang merupakan mineral vital dalam berbagai teknologi canggih, mulai dari iPhone hingga kendaraan listrik. China saat ini menguasai dominasi rantai pasokan logam tanah jarang secara global, dengan kontribusi produksi 61% dan kendali atas tahap pemrosesan sebesar 92%.
Pemerintah China baru-baru ini memberlakukan pembatasan ekspor pada tujuh jenis mineral tanah jarang sebagai bagian dari pembalasan terhadap tarif yang diberlakukan AS. Ini memaksa perusahaan untuk mendapatkan izin pemerintah untuk mengekspor mineral tersebut, termasuk produk terkait seperti magnet. Magnet yang terbuat dari tanah jarang merupakan komponen penting dalam berbagai teknologi, mulai dari telepon pintar hingga jet tempur siluman.
Meskipun AS telah mencoba untuk membangun rantai pasokan tanah jarang domestiknya sendiri, upaya ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memenuhi kebutuhan industri. China telah memulai pemrosesan tanah jarang sejak tahun 1950-an, dengan mengeksploitasi biaya tenaga kerja rendah dan teknologi asing. Saat ini, China memegang kendali atas industri ini berkat investasi dalam teknologi, penelitian, dan otomatisasi.
Pengaruh China dalam industri logam tanah jarang semakin kuat karena skala ekonomi negara itu dan harga yang lebih murah. AS kini mengandalkan China untuk 70% impor senyawa dan logam tanah jarang. Sejarah panjang China dalam industri tanah jarang menunjukkan bagaimana negara tersebut berhasil memanfaatkan mineral ini secara strategis untuk kepentingan ekonomi dan keamanan nasional.