SKK Migas mendesak penyelesaian Final Investment Decision (FID) proyek Lapangan Gas Abadi, Blok Masela, Maluku pada tahun 2026 untuk dipercepat. Hal ini diungkapkan dalam acara peluncuran OLNG FEED Masela di Jakarta oleh Kepala SKK Migas Djoko Siswanto. Perusahaan minyak dan gas asal Jepang, Inpex Corporation, secara resmi meluncurkan desain teknis OLNG untuk proyek tersebut. Di sisi lain, Inpex adalah pemegang hak partisipasi terbesar dengan 65% di Blok Masela, sedangkan PT Pertamina Hulu Energi dan Petronas memiliki 20% dan 15% saham dari Shell yang keluar dari proyek tersebut. Lapangan Abadi di Blok Masela merupakan lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia dan memiliki potensi besar untuk produksi LNG dan gas pipa. Kontrak bagi hasil PSC Masela berpotensi menghasilkan 9,5 MMTPA LNG dan 150 MMSCFD gas pipa. Proyek Lapangan Masela ini juga diharapkan dapat menyerap hingga 10.000 tenaga kerja dan menghasilkan clean LNG melalui penerapan teknologi CCS. Perkiraan investasi awal proyek ini mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 340 triliun. Percepatan FID proyek ini diharapkan mendukung pengembangan lapangan gas Abadi dan berkontribusi pada industri energi di Indonesia.
Inpex Harus Berpikir Ulang Investasi di Proyek Gas RI 2026
