Kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada Rabu (2/4/2025) memunculkan kekhawatiran akan krisis ekonomi global. JPMorgan, perusahaan keuangan terbesar AS, bahkan mengungkapkan peningkatan peluang resesi AS dan global hingga 60%. Proyeksi resesi global oleh JPMorgan meningkat akibat tekanan tarif Trump yang mungkin mengganggu kepercayaan bisnis dan pertumbuhan ekonomi global.
Langkah pemerintahan Trump memberlakukan tarif pada puluhan negara, kemudian China membalas dengan tarif pada produk AS, menimbulkan keprihatinan tentang eskalasi perang dagang dan dampak negatifnya pada pasar finansial global. JPMorgan memperkirakan kemungkinan 60% ekonomi global menghadapi resesi pada akhir tahun ini, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 40%. Analisis JPMorgan menyatakan bahwa kebijakan AS yang disruptif dianggap sebagai risiko terbesar bagi prospek global tahun ini. Kebijakan perdagangan AS dinilai kurang bersahabat bagi bisnis daripada yang diantisipasi.
Menurut JPMorgan, tarif yang diberlakukan bisa menaikkan harga barang impor, dari bahan pokok hingga mobil dan peralatan lainnya. Peningkatan biaya impor akibat tarif Trump diperkirakan akan memicu kenaikan harga yang signifikan. Pengumuman terbaru JPMorgan juga menunjukkan peningkatan tarif pajak rata-rata AS, setara dengan 24%, yang merupakan yang tertinggi sejak Perang Dunia II. Peristiwa ini telah memengaruhi pasar ekuitas AS, dengan indeks S&P 500 turun lebih dari 8% sepanjang tahun ini setelah pengumuman tarif.
Sementara tarif dapat merugikan pertumbuhan ekonomi, beberapa analis melihatnya sebagai kesempatan bagi Federal Reserve/The Fed untuk memangkas suku bunga, mendorong aktivitas ekonomi. JPMorgan memprediksi bahwa pemotongan suku bunga lebih lanjut bisa meredam dampak negatif dari tarif yang diberlakukan. Ini membawa harapan agar guncangan akibat tarif bisa diredam, sambil memberikan peluang lebih besar bagi pemangkasan suku bunga.