Aliansi antara Nissan dan Renault membantu produsen mobil memotong biaya dan mempercepat pengembangan produk baru. Nissan, yang tengah berusaha bangkit setelah beberapa tahun sulit, berencana untuk merilis versi Twingo yang lebih kecil dan bergaya retro. Mobil tersebut akan dikembangkan oleh Ampere, bagian dari Group Renault, namun akan dirancang sendiri oleh Nissan, menunjukkan fokus pada gaya daripada hanya menukar lencana.
Meskipun demikian, hubungan antara Nissan dan Renault terus berkembang dengan penurunan kepemilikan saham silang dari 15% menjadi 10%. Renault juga mengakuisisi 51% saham Nissan di cabang India. Sementara itu, Nissan juga akan mengadopsi model SUV dari mitra domestiknya, Mitsubishi, yang didasarkan pada Outlander PHEV. Nissan berencana untuk membawa model Rogue generasi keempat dengan teknologi E-Power ke pasar Amerika Serikat pada tahun 2026.
Teknologi E-Power adalah mesin bensin 1,5 liter yang berfungsi sebagai generator untuk mengisi daya baterai motor listrik. Mesin ini memberi mobil perilaku seperti mobil listrik tanpa koneksi mekanis ke roda. Selain itu, Nissan juga berencana untuk merilis Rogue hibrida plug-in yang lebih tradisional, menunjukkan berbagai variasi dalam produk mereka.
Dengan strategi ini, Nissan berharap dapat memperkenalkan kembali model legendaris seperti Silvia dan GT-R di masa depan. Namun, untuk saat ini, fokus utama mereka adalah pada kesuksesan SUV dan sedan baru sebelum berkomitmen pada produk khusus yang menarik seperti mobil listrik dan crossover Leaf generasi kedua.
Dengan langkah-langkah ini, Nissan terus berusaha untuk berinovasi dan memperluas pasar mereka dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri otomotif global.