Sebuah kejanggalan terjadi dalam komunikasi internal pemerintahan Trump yang mengungkap rencana serangan militer Amerika Serikat terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman. Kesalahan ini terjadi ketika rencana tersebut dibagikan dalam sebuah grup pesan yang akhirnya ditemukan oleh seorang jurnalis dari The Atlantic. Hal ini menimbulkan kecaman keras dari anggota parlemen Demokrat yang menilai kesalahan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap keamanan nasional AS dan kemungkinan terhadap hukum federal terkait pengelolaan informasi rahasia. Sebagai respons, Presiden Donald Trump mengklaim tidak mengetahui insiden tersebut meskipun sebuah penyelidikan telah dilakukan dan Trump telah diberikan penjelasan mengenai kejadian tersebut oleh seorang pejabat Gedung Putih.
Isu ini semakin memanas ketika isi percakapan yang bocor mengungkap diskusi antara para pejabat mengenai serangan terhadap Houthi dan pertanyaan apakah AS seharusnya membantu sekutu-sekutunya di Eropa. Menteri Pertahanan dan pejabat lainnya tampak mempertanyakan langkah tersebut. Berdasarkan hukum AS, penyalahgunaan informasi rahasia dapat dianggap sebagai tindak pidana, namun, belum ada keputusan resmi apakah kebocoran ini melanggar hukum tersebut. Kritik juga dilancarkan oleh anggota Kongres dan politisi Demokrat terhadap penggunaan aplikasi Signal dalam diskusi isu-isu keamanan nasional yang sangat sensitif.
Reaksi keras juga datang dari para politisi, termasuk Senator Partai Republik John Thune dan Senator Elizabeth Warren yang mengecam tindakan tersebut. Meskipun demikian, juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan bahwa insiden ini tidak akan berdampak pada komposisi tim keamanan nasional Trump. Senator Chris Coons bahkan menyebut bahwa tindakan para pejabat yang terlibat dalam percakapan sebagai kejahatan yang dapat berujung pada hukuman penjara. Insiden ini menjadi sorotan publik yang menuntut investigasi lebih lanjut untuk mengungkap sejauh mana kebocoran informasi ini terjadi dan siapa yang bertanggung jawab.