Peristiwa terbaru di Timur Tengah mengguncang dunia internasional dengan “perang saudara” yang terjadi di Suriah sejak pekan lalu. Kekerasan ini telah mengakibatkan kematian lebih dari 1.000 warga sipil, sebagian besar dari kelompok Siah, Awalite, yang dikenal sebagai pendukung rezim Bashar al-Assad. Kekerasan ini dipicu oleh operasi militer yang dimulai sejak Kamis, yang berujung pada pertempuran mematikan antara pasukan keamanan dan orang bersenjata Alawite.
Gambar-gambar mengerikan di media sosial menunjukkan situasi darurat di daerah tersebut, dengan pasukan keamanan Suriah bergerak melalui jalanan yang dipenuhi asap hitam. Warga yang selamat menyebut tragedi ini sebagai pembantaian, dengan lebih dari 50 orang terbunuh dan dimakamkan secara massal.
Meskipun pemerintah Suriah mengumumkan penghentian operasi militer mereka, pernyataan itu masih meninggalkan banyak tanda tanya tentang stabilitas di Suriah. Sementara itu, kelompok Kristen Suriah juga menjadi korban dalam konflik ini. Pemerintah Suriah telah membentuk komite independen untuk menyelidiki pelanggaran terhadap warga sipil, sementara Iran dan Turki telah dituding terlibat dalam kekerasan tersebut.
Kondisi terbaru di Suriah menunjukkan betapa rapuhnya situasi di negara tersebut, sementara Teheran menolak segala tuduhan terkait keterlibatannya dalam kekerasan. Presiden Turki bersikeras memberikan dukungan untuk pemulihan Suriah dari konflik ini, meskipun Turki sendiri berada di pihak yang berseberangan dengan rezim Assad. Dalam konteks ini, kondisi Suriah masih penuh ketidakpastian dan mengkhawatirkan.
Tragedi Pembantaian 1.068 Warga: Perseteruan Iran-Turki
