Perkembangan terbaru terus terjadi dalam konflik antara Israel dan milisi Hamas di wilayah Gaza, Palestina. Gejolak geopolitik semakin meningkat setelah Presiden AS, Donald Trump, mengambil langkah untuk mengambil alih Gaza dan memaksa penduduknya meninggalkan Tanah Air mereka.
Dalam hal ini, sejumlah pemimpin negara Arab berkumpul di Arab Saudi untuk merencanakan pemulihan Gaza sebagai upaya melawan usulan Trump agar AS mengendalikan wilayah tersebut dan mengusir penduduknya. Rencana ini melibatkan Dewan Kerjasama Teluk, Mesir, dan Yordania, dengan fokus utama pada rekonstruksi Gaza.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan operasi militer intensif di Tepi Barat yang diduduki sebagai langkah kontra terorisme setelah serangkaian insiden ledakan di Israel. Operasi ini bertujuan untuk mengamankan kota-kota Israel dari serangan teroris.
Sementara itu, militer AS melaksanakan Misi Gugus Tugas Pengebom di Timur Tengah untuk kedua kalinya dalam 48 jam. Tujuan misi ini adalah untuk menunjukkan kemampuan proyeksi kekuatan dan integrasi dengan negara-negara mitra di kawasan tersebut.
Selain itu, Hamas mulai merilis nama-nama tahanan Israel yang akan dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan Palestina. Sementara Komite Penyelamatan Internasional (IRC) mengidentifikasi lonjakan kekerasan di Tepi Barat yang diduduki, menyebabkan trauma mendalam pada anak-anak Palestina.
Dalam konteks serangan dan tindakan politik yang terjadi, analis Israel memperingatkan bahwa Tel Aviv berada dalam bahaya setelah serangan terhadap bus-bus Tel Aviv, mengakibatkan kekacauan dalam transportasi umum dan peningkatan ketegangan. Seluruh perkembangan ini mencerminkan dinamika konflik yang terus berkembang di Timur Tengah.