Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara penghasil pangan dunia, namun hal ini masih harus diwujudkan melalui kebijakan dan anggaran yang memadai. Anggota DPR-RI terpilih periode 2024-2029, Bambang Haryo Soekartono (BHS), menyampaikan keterprihatinannya terhadap anggaran Kementerian Pertanian yang menurun drastis dari tahun 2018. Menurut BHS, pangan adalah penggerak ekonomi yang paling utama di Indonesia, yang sangat bergantung pada sektor pangan sebagai sektor vital yang memengaruhi kehidupan manusia dan pertumbuhan generasi muda.
Pentingnya sektor pangan untuk perekonomian nasional juga disoroti oleh BHS. Dia menekankan bahwa UMKM, yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, sebagian besar berada dalam sektor pangan. Kestabilan dan ketahanan pangan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas perekonomian negara. Dengan berbagai potensi alam yang dimilikinya, Indonesia bisa menjadi negara penghasil pangan terkemuka, memastikan keamanan pangan serta kemandirian ekonomi.
BHS juga mendukung usulan Kementan untuk peningkatan anggaran pertanian guna mendukung pupuk subsidi, benih bibit unggul, obat hama, dan kebutuhan irigasi pertanian. Dengan optimalisasi lahan tanam yang tersedia, Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dan bahkan menjadi lumbung pangan dunia. Hal ini sangat penting untuk menjaga kedaulatan pangan negara, mengurangi ketergantungan pada impor pangan, dan menjaga kekuatan pertahanan nasional.
Melalui upaya meningkatkan ketersediaan pangan secara berkelanjutan dan mengoptimalkan potensi pertanian yang dimiliki, Indonesia bisa memperkuat posisinya sebagai negara pangan yang berdaulat. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri secara mencukupi, tetapi juga dapat berkontribusi dalam menyediakan pangan secara luas bagi kebutuhan global.