Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana untuk mengambil alih Gaza dan mengubahnya menjadi ‘Riviera Timur Tengah’. Rencana ini telah memicu perdebatan di kalangan pakar, dengan pendapat yang beragam tentang keberhasilan atau kegagalan ide tersebut. Sebagian berpendapat bahwa rencana tersebut merupakan strategi negosiasi pintar, sementara yang lain melihatnya sebagai kedok untuk kebijakan energi.
Beberapa pakar berpendapat bahwa tujuan jangka panjang Trump adalah untuk menguasai Gaza guna mengakses cadangan gas alam di Gaza Marine Field. Namun, ada juga pembela yang menilai bahwa pekerjaan yang diperlukan untuk mengembangkan wilayah tersebut tidak sebanding dengan manfaat yang akan diperoleh. Di sisi lain, rencana ini dapat membawa efek positif bagi Gaza sendiri dengan menyediakan energi listrik untuk wilayah tersebut.
Selain itu, pengembangan Gaza Marine Field juga dianggap dapat membantu Israel dalam jangka panjang dengan mengurangi ketergantungan mereka dalam memasok energi ke Gaza. Meskipun rencana Trump ini telah menimbulkan penolakan dari beberapa negara sekutu di Timur Tengah, Presiden tetap komitmen untuk melaksanakan rencana tersebut.
Dalam rencana Trump juga termasuk proposal untuk mengalihkan penduduk Palestina ke negara tetangga Mesir atau Yordania, guna menciptakan ‘Riviera Timur Tengah’. Meskipun rencana ini masih menuai perdebatan dan penolakan, Trump tetap berkomitmen untuk melaksanakannya demi menciptakan stabilitas di wilayah yang dilanda konflik Israel-Hamas.