Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat (AS), akan segera dilantik sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam. Dirinya telah menarik perhatian besar sebagai sosok kontroversial dengan platform kebijakan ekonomi yang radikal. Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun penuh tantangan bagi perekonomian global. Tingkat pertumbuhan diproyeksikan stabil oleh Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 3,2%, namun Bank Dunia memperkirakan hanya sebesar 2,7%, menjadi kinerja terlemah sejak 2019. Inflasi, suku bunga, dan tarif perdagangan akan menjadi faktor kunci yang memengaruhi dinamika ekonomi di masa mendatang.
Pemotongan suku bunga ketiga oleh Federal Reserve AS sebelum Natal memberikan angin segar bagi jutaan peminjam Amerika. Namun, pasar saham merosot setelah Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengumumkan bahwa tidak akan banyak pemotongan suku bunga tambahan di tahun 2025. Inflasi tetap meningkat di AS, zona euro, dan Inggris, meskipun kenaikan harga mulai melambat setelah pandemi Covid-19.
Ketidakpastian global semakin diperdalam oleh kebijakan perdagangan yang direncanakan oleh Trump. Ancaman tarif baru terhadap mitra dagang utama seperti China, Kanada, dan Meksiko hingga 60% telah mengkhawatirkan banyak pihak. Trump terus menyuarakan kebijakan isolasionis yang bertujuan melindungi industri manufaktur dalam negeri AS. Bank Dunia menganggap tarif ini dapat berdampak luas pada ekonomi global.
Deputi Kepala Ekonom Bank Dunia, Ayhan Kose, mewaspadai dampak ekonomi global dari rencana tarif perdagangan baru Trump. Tarif dianggap sebagai bagian penting dari visi ekonomi Trump untuk mendukung ekonomi AS dan melindungi lapangan kerja. Ancaman tarif tersebut membuat kekhawatiran akan kenaikan harga barang di pasar global. Bank Dunia mengingatkan bahwa lonjakan tarif AS dapat merugikan pertumbuhan ekonomi global jika tidak diantisipasi dengan langkah yang tepat.