LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -62 Views
LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya bersahabat. Matanya tajam dan sikapnya sangat percaya diri. Ia sangat disiplin dan sangat cerdas. Dia lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai utama yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tak bersyarat. Mereka juga penuh percaya diri karena berhasil mengusir penjajah.

Pertemuan pertamaku dengannya, saya terkesan karena ia mengingatkanku, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orangtuaku. Ia sangat beragama dan rajin ke masjid. Ia yang pertama kali aktif mempersempit beberapa perilaku tidak teratur dalam Korps Baret Merah.

Aku mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Ketika itu saya masih Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Panglima KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Ia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang terawat, dan seragam yang sempurna. Tidak ada sedikit pun lemak yang terlihat. Dia suka menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan otot biceps dan triceps nya. Dia tegas namun bersahabat.

Ia adalah perwujudan generasi ’45, penuh percaya diri setelah mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tak bersyarat. Seorang patriot. Ia juga sangat disiplin dan cerdas, menguasai berbagai bahasa asing.

Saat pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan karena ia mengingatkanku, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orangtuaku.

Ia sangat beragama dan rajin ke masjid. Ia yang pertama kali membantu memberantas ‘keburukan’ di antara anggota Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran juga harus mahir dalam meminum alkohol dan unggul dalam ‘kehancuran’ lainnya.

Yang menarik, jika ia menggunakan mobil dinas, ia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, bahkan jika kursi depan kosong. Pada saat itu, mobil dinas Panglima KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser dengan atap canvas. Bagi Yogie S. Memet, mobil dinas adalah untuk para komandan, bukan istri mereka. Inilah contoh yang menentukan dari generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Unitnya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah komando Kolonel Infanteri Andi Muhammad Yusuf, Panglima Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Ia bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja menyatakan kemerdekaannya, negara ini belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira tentara yang disebut P3AD di Bandung. Inilah tempat di mana ia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD yang terkenal lainnya termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link