Jakarta, CNBC Indonesia – Ekonom senior Faisal Basri mengkhawatirkan kerugian yang dialami PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) karena proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menjalar ke BUMN lainnya. Menurut dia, kerugian yang dialami Wika tersebut terjadi karena BUMN dipaksa bekerja melampaui kapasitasnya.
“Karena kita lihat WIKA rugi karena Whoosh kan, kalau semua model kaya gini (BUMN) farma sakit, semua (BUMN) karya sakit, ini karena dibebani melampaui kemampuannya,” kata dia dikutip Rabu, (17/7/2024).
Dia menilai kerugian jumbo yang dialami Wika dan BUMN lainnya terjadi karena proyek-proyek yang dilaksanakan tanpa perencanaan matang semasa Presiden Joko Widodo. Menurut dia, permasalahan dalam BUMN itu ibarat bom waktu yang diwariskan Jokowi ke presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Bom-bom waktunya mulai meledak satu persatu, sekarang saja sudah mulai meledak, Wika sudah teriak,” kata dia.
Faisal menduga permasalahan yang timbul akibat kereta cepat ini akan menjalar ke PT Kereta Api Indonesia (KAI). Dia mengatakan PT KAI sampai saat ini masih bisa bertahan hanya karena ada suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah. Tanpa itu, kata dia, KAI bisa bangkrut dalam waktu 5 tahun.
“Maksimal 5 tahun itu nyerah dia, kalau 5 tahun ga diselesaikan ya KAI yang bangkrut, makanya harus diambil alih sama negara, nanti setiap tahun akan ada uang APBN untuk nyuntik kereta cepat itu,” kata Faisal.
Sebelumnya, WIKA mencatatkan rugi Rp 7,12 triliun sepanjang tahun 2023. Kerugian bersih WIKA membengkak 11.860% dari kerugian Rp 59,59 miliar di tahun 2022. Tercatat, beban WIKA membengkak yang terdiri dari beban lain-lain naik 310,16% menjadi Rp 5,40 triliun. Sementara beban keuangan meningkat 133,70% sebesar Rp 3,20 triliun di tahun 2023.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menyebut, selain tingginya beban bunga dan lain-lain, penyebab besarnya kerugian WIKA sepanjang tahun 2023 disebabkan oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang menggenggam mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60%. WIKA sendiri menjadi salah satu pemegang saham PSBI dengan kepemilikan 38% saham.
Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa buka suara mengenai kerugian yang dialami oleh WIKA ini. Dia mengatakan pembangunan kereta cepat sudah menunjukan kemajuan transportasi di Indonesia agar dapat meningkatkan konektivitas dan perekonomian antara Jakarta dan Bandung melalui transportasi massal ramah lingkungan yang modern.
“Dalam proses pembangunannya, proyek Kereta Cepat Whoosh sudah mempertimbangkan banyak hal yang telah dikoordinasikan bersama seluruh stakeholder yang terlibat,” kata dia.
Eva menjelaskan saat ini, operasional Whoosh terus mengalami peningkatan dengan jumlah perjalanan yang terus bertambah dari 14 perjalanan reguler per hari di Oktober 2023, menjadi 48 perjalanan reguler per hari sejak Mei 2024.
Selanjutnya pada awal tahun 2025 ditargetkan jumlah perjalanan kereta dapat mencapai hingga 62 per hari. Rata-rata volume penumpang Whoosh per hari juga mengalami peningkatan secara bertahap dengan rekor penumpang tertinggi saat ini sudah mencapai 24 ribu per hari.
Sumber: https://cnbcindonesia.com/news/20240712174750-8-554185/indonesia-as-sepakat-konversi-utang-usd-35-juta-untuk-konservasi-alam
(Disadur ulang oleh RSA/MIJ)