Kelompok Ekstremis Israel Memaksa Masuk dan Mengambil Alih Wilayah Gaza, Menakutkan!

by -185 Views
Kelompok Ekstremis Israel Memaksa Masuk dan Mengambil Alih Wilayah Gaza, Menakutkan!

Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok ekstremis Israel menerobos wilayah Gaza, untuk mulai merebut wilayah dan membangun pemukiman ilegal. Mereka menerobos pos penjagaan tentara Israel atau Israel Defense Forces (IDF).

Kejadian itu terjadi di daerah Erez, yang berhadapan langsung dengan wilayah Utara Gaza. Erez merupakan tempat para ekstremis Israel, yang “dengan kekerasan menerobos pos pemeriksaan IDF,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir The New Arab, Sabtu (2/3/2024).

Kejadian ini berawal dari berdatangannya massa sayap kanan Israel, yang berkumpul di kota Sderot, titik terdekat dengan Jalur Gaza, sebelum membentuk konvoi dan berkendara ke Erez untuk menyerbu sebuah pos pemeriksaan IDF.

Kelompok tersebut membawa pita oranye, warna yang khas dengan gerakan sayap kanan ekstrim Israel. Gerakan itu bertujuan untuk menduduki kembali pemukiman ilegal Gush Katif di Gaza, yang ditinggalkan saat Israel menarik diri dari wilayah kantong Palestina itu pada 2005.

Beberapa orang dari penerobos itu berhasil memasuki setengah kilometer wilayah Gaza, sementara yang lain membangun dua bangunan di perbatasan, yang merupakan simbol niat mereka untuk menempati tanah milik Palestina berdasarkan hukum internasional.

Seorang anggota gerakan tersebut mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa 500 keluarga telah secara sukarela menempati kembali Gaza, dan gerakan tersebut mengklaim bahwa Israel hanya akan aman ketika “permukiman dan kota-kota Yahudi didirikan” di dalam Gaza.

“Jika kita meninggalkan celah, tempat ini akan kembali menjadi sarang teror Hamas,” kata Mechi Fendel, yang merupakan anggota kelompok ini.

Kelompok ekstremis sayap kanan Israel ini dilaporkan dekat dengan politisi sayap kanan seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich. Mereka menjadi bagian dari pemerintahan koalisi yang berkuasa di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Kelompok yang dikenal juga dengan sebutan gerakan ‘kembali’ atau ‘return’ dan ‘settlement’ atau ‘pemukim’ Israel itu mengadvokasi berdirinya Israel Raya yang mencakup seluruh Tepi Barat dan Gaza – beberapa bahkan mencakup wilayah Yordania, Suriah, Lebanon, dan Mesir – dengan membayangkan Israel tanpa warga Palestina dan non-Yahudi.

Kondisi ini memperburuk kondisi rakyat Palestina di Gaza, khususnya Gaza Utara. Sebab, lebih dari 85% penduduk Gaza saat ini tinggal di wilayah selatan, sebagian besar dari mereka adalah warga Palestina yang terpaksa mengungsi akibat serangan brutal Israel di wilayah utara sejak 7 Oktober 2024.

Baik Ben-Gvir maupun Smotrich telah secara terbuka berbicara tentang harapan mereka bahwa penduduk Palestina di Gaza akan “berimigrasi”, yang menurut mereka akan memungkinkan pemukiman Yahudi-Israel di daerah kantong Palestina.

AS telah memperingatkan Israel terhadap segala upaya untuk mengusir atau memukimkan kembali warga Gaza. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada bulan Januari bahwa “Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina”.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya
Gempuran Israel Menggila, Hamas Janjikan Kekuatan Penuh

(fab/fab)