Jakarta, CNBC Indonesia – Laut Merah yang terus memanas terus membawa dampak kolateral bagi dunia. Ini disebabkan pentingnya perairan itu sebagai bagian dari jalur pelayaran internasional.
Diketahui, kelompok Houthi di Yaman masih terus melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang terafiliasi dengan Israel, AS, dan Inggris. Hal ini terjadi sebagai bentuk solidaritas terhadap milisi Palestina, Hamas, dan warga Gaza.
Gangguan di perairan itu memaksa banyak kapal logistik, memutari Benua Afrika untuk mencapai Laut Tengah dan Eropa. Padahal, sebelumnya dengan melewati Laut Merah, waktu pelayaran akan lebih cepat dan efisien.
Hal ini pun membawa dampak bagi negara-negara di Eropa. Salah satunya yang terbaru adalah Inggris.
“Pabrik-pabrik di Inggris memasuki tahun baru dengan memangkas produksi dan investasi sebagai tanda bahwa meningkatnya ketegangan di Laut Merah merugikan kemampuan produsen untuk mengakhiri kontraksi yang sudah berlangsung selama hampir satu tahun,” tulis The Guardian menyinggung pelemahan ekonomi, Kamis (25/1/2024).
“Pemilik pabrik melaporkan kenaikan harga impor dan penundaan ekspor yang memaksa mereka mengurangi produksi pada bulan Januari selama 11 bulan berturut-turut,” ujar media itu lagi mengungkit salah satu survei.
Mengutip pengamat setempat, sebagaimana juga dilaporkan Reuters, pertumbuhan ekonomi Inggris sebenarnya cukup signifikan. Aktivitas dan kepercayaan bisnis sebagian didorong oleh harapan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat pada tahun 2024.
“Gangguan pasokan di Laut Merah memicu kembali inflasi di sektor manufaktur,” ujar kepala ekonom bisnis S&P Global Market Intelligence, Chris Williamson, yang menyusun indeks manajer pembelian (PMI).
Perlu diketahui PMI komposit S&P Global/CIPS Inggris, yang mencakup perusahaan jasa dan manufaktur, naik menjadi 52,5 pada bulan Januari. Ini level tertinggi dalam tujuh bulan dan naik dari angka akhir bulan Desember sebesar 52,1.
Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan sedikit lebih kecil menjadi 52,2.
Namun secara rinci, indeks jasa berada di 53,8. Sementara indeks manufaktur 47,3 untuk sektor manufaktur.
Survei terpisah yang dilakukan oleh kelompok lobi bisnis CBI menunjukkan pada hari Rabu bahwa produsen berada dalam posisi yang tidak menguntungkan memasuki tahun 2024. Di mana total pesanan baru turun pada laju tercepat sejak Juli 2020 setelah keseimbangan indeks merosot dari +2 pada bulan Oktober menjadi -13 pada bulan tersebut.
Sebenarnya, biaya pengiriman telah turun tajam sejak awal Desember, menurut indeks Baltic Dry yang melacak biaya pengiriman barang kering dalam jumlah besar dan merupakan indikator ekonomi utama. Namun, jumlah tersebut meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir setelah serangan Houthi terhadap kapal kontainer yang melewati Laut Merah.
“Penjualan ekspor masih merupakan titik lemah,” kata Williamson menunjuk penurunan berkelanjutan di sektor manufaktur mengimbangi pertumbuhan ekonomi jasa yang rendah.
Sebelumnya beberapa negara juga mengatakan dampak Laut Merah ke ekonominya. Malaysia misalnya sudah merasakan kenaikan biaya pengiriman dari Port Klang ke pelabuhan utama Eropa, Rotterdam, dari tanggal 15 hingga 31 Desember dan 15 hingga 30 Januari.
Biaya pengiriman kontainer berukuran 20 kaki meningkat dari US$975 (Rp 15 juta) menjadi US$3.300 (Rp 51 juta) atau naik 238%. Sedangkan biaya pengiriman kontainer berukuran 40 kaki meningkat dari US$1.650 (Rp 25,9 juta) menjadi US$5.100 (Rp 80 juta) atau naik 209%.
“Harga naik karena risiko, premi asuransi, dan pengalihan rute pengiriman. Hal ini akan diteruskan ke konsumen jika mereka tetap bertahan,” kata ekonom setempat, Geoffrey Williams, dimuat Free Malaysia Today.
“Sekitar 15% perdagangan global melewati Laut Merah, jadi ini jumlah yang besar. Serangan yang dilakukan Houthi saat ini mengganggu jalur perdagangan penting, termasuk perdagangan Malaysia dan Asean,” tambahnya.
“Rute Laut Merah penting, namun tidak pasti, dalam mengganggu perdagangan Malaysia. Risikonya adalah apakah hal ini akan meningkat menjadi konflik regional yang lebih luas. Dampaknya akan lebih signifikan.”
Di Jerman, senada dengan Inggris, manufaktur terganggu dengan krisis ini. Pabrik baru Tesla di Berlin misalnya memutuskan untuk menangguhkan beberapa produksi karena kekurangan komponen, karena bergantungnya raksasa otomotif itu dengan komponen dari Asia, yang biasanya dikirim melalui Laut Merah dan Terusan Suez.
Selain otomotif, industri kimia juga terdampak. Perusahaan kimia Gechem misalnya, mengaku menurunkan produksi bahan kimia pencuci piring dan tablet toilet karena tidak dapat memperoleh cukup trinatrium sitrat serta asam sulfamik dan asam sitrat dari Asia.
“Departemen pengadaan saya saat ini bekerja tiga kali lebih keras untuk mendapatkan sesuatu,” kata Martina Nighswonger, CEO dan pemilik Gechem GmbH & Co KG.
Oleh karena itu, perusahaan itu sedang meninjau sistem kerja tiga shiftnya. Nighswonger menambahkan bahwa dampak buruk dari keterbatasan transportasi dapat tetap menjadi masalah setidaknya pada paruh pertama tahun 2024.
“Jika kita mendapatkan tiga muatan truk, bukan enam, setiap pelanggan hanya mendapat sebagian dari jumlah pesanan mereka, tapi setidaknya semua orang mendapat sesuatu,” tambahnya.