Hotel di Bali mengalami kesulitan akibat efek domino dari pandemi Covid-19. Data Colliers menunjukkan bahwa ada 1.591 kamar yang hilang dari pasaran, sedangkan pertumbuhan kamar baru hanya sebanyak 817 kamar. Salah satu wilayah yang paling mengalami kesulitan adalah Badung Selatan.
“Waktu pandemi, beberapa hotel mengalami penutupan permanen dan ada yang dijual. Jumlah kamar hotel di Bali melebihi 157 kamar, dan yang paling banyak terdapat di Badung Selatan. Saya juga merupakan ketua PHRI Kabupaten Badung, di mana 71% hotel terdapat di Badung, banyak yang mengalami kesulitan saat pandemi,” ungkap Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya.
Meskipun banyak hotel tutup, kondisi industri ini mulai membaik seiring dengan sebagian pelaku usaha yang mulai kembali membenahi bisnis mereka. Rai juga menyebut bahwa sejak pariwisata kembali bangkit, banyak properti diambil alih, di-renovasi, dan di-develop. Termasuk, beberapa properti yang menjadi investasi bagi investor asing, seperti dari Rusia, Perancis, dan India.
Kehadiran investor asing tersebut menunjukkan minat investasi yang berlanjut dan kembalinya kunjungan wisatawan yang menandakan kebangkitan sektor pariwisata Bali. Pada tahun 2023, kinerja industri perhotelan Bali lebih baik dibandingkan tahun 2020 hingga 2022. Meskipun demikian, pandemi yang sudah berlangsung sejak 2020 telah membuat banyak kamar hotel tutup.
Dilansir dari laporan Q4-2023 Colliers, sejak 2020 hingga 2023, hanya terdapat tambahan 817 kamar di Bali, namun terjadi pengurangan sebanyak 1.591 kamar akibat penutupan hotel. Ini menunjukkan bahwa meskipun kondisinya mulai membaik, industri perhotelan di Bali masih perlu melakukan pemulihan untuk kembali ke kondisi semula.