Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar

by -121 Views
Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar

Saya pertama kali bertemu dengan Pak Wismoyo Arismunandar ketika saya masuk ke Kopassandha. Beliau menjabat sebagai Wakil Asisten Pengamanan (Waaspam) Danjen Kopassandha berpangkat Letkol, sementara saya Letnan Dua.

Ketika itu, kami hanya mengetahui bahwa beliau adalah ipar Pak Harto. Istri beliau adalah adik Ibu Tien Soeharto. Pada awalnya, kami tidak begitu dekat dengan beliau. Namun, pada tahun 1978, beliau menjadi Komandan Grup 1 Para Komando dari Kopassandha. Dengan demikian, beliau menjadi komandan grup kami. Saya pada waktu itu adalah komandan Kompi 112. Saya pun mulai mengenal sosok Pak Wismoyo Arismunandar.

Beliau adalah sosok komandan yang memengaruhi saya banyak. Ajaran-ajaran beliau memengaruhi pribadi saya. Ajaran utama beliau kepada anak buahnya, selain patriotisme yang menjadi ciri khas angkatan ’45, adalah harus selalu berpikir, berbuat, bertutur kata yang baik. Jangan izinkan kamu berpikir buruk terhadap orang lain. Itu merupakan ajaran beliau yang selalu melekat dalam hati saya.

Beliau juga selalu mengutamakan semangat dan kegembiraan. Karena itu, beliau selalu mendorong agar semangat saat bertepuk tangan. Banyak senior dan rekan-rekannya yang mengejek beliau karena begitu memperhatikan persoalan bertepuk tangan ini. Remeh temeh, mungkin bagi mereka. Namun, menurut saya, hal kecil seperti ini penting untuk menggembirakan hati dan memberikan semangat kepada pasukan dan diri kita sendiri.

Presiden Amerika Serikat ketika masuk Kongres, disambut dengan tepuk tangan meriah. Hampir semua orang berdiri. Sedangkan Presiden Indonesia disambut dengan tepuk tangan yang biasa-biasa saja. Tidak ada keceriaan dan semangat yang dipancarkan. Padahal ini penting.

Sampai sekarang, saya anggap nilai-nilai yang beliau ajarkan sangat bermanfaat dan sangat sesuai dengan budaya Indonesia dan budaya TNI. Beliau mengajarkan bahwa orang berani itu harus gembira. Beliau juga mengajarkan bahwa seorang pemimpin sekali-kali harus menghibur anak buah lewat bernyanyi, deklamasi, olahraga, dan lain-lain. Karena anak buah selama ini sudah selalu menjalankan perintah komandan.

Karena itu baginya, tidak penting apakah suara Komandan itu bagus atau jelek. Yang penting adalah niat komandan untuk menghibur anak buah. Karena itu, beliau sendiri juga latihan menyanyi.

Suatu saat ada upacara di Kopassus. Beliau sebagai KASAD bertindak selaku inspektur upacara. Sementara saya yang ketika itu menjabat Danpusdik Kopassus sebagai komandan upacara. Sebelum upacara, saya sudah merasa akan disuruh menyanyi oleh beliau.

Karena itu, sehari sebelum upacara, saya latihan menyanyi di rumah. Saya memanggil keyboardist dan seorang yang sering mengirim penyanyi ke Kopassus. Saya latihan menyanyikan lagu dari Ambon berjudul, O Ulate. Selain lagu gembira, tidak terlalu sulit untuk menyanyikan lagu tersebut. Sampai sekian puluhan tahun, itu menjadi lagu pegangan saya.

Keyboardist tersebut menginformasikan kepada mereka bahwa kami diundang ke Kopassus untuk mengisi acara besok. Ini kebetulan, semesta alam bekerja dan berpihak kepada saya. Jadi saya meminta dia besok memberikan isyarat kepada saya kapan mulai menarik suara setelah musik diputar. Namun, kami seolah-olah belum saling mengenal saat tampil besok.

Feeling saya benar. Setelah upacara selesai, acara musik pun dimulai. Pak Wismoyo lalu memanggil dan meminta saya untuk bernyanyi. Saya menyatakan siap. Orang-orang lalu menertawai saya, karena dianggap tidak bisa bernyanyi dan akan grogi ketika tampil. Namun mereka langsung terkagum-kagum setelah saya membawakan lagu O Ulate. Padahal saya sudah berkoordinasi dengan pemain keyboardnya.

Filosofi yang saya terima dari ajaran Pak Wismoyo adalah bahwa orang berani itu harus gembira, harus semangat. Seorang pemimpin harus bisa menciptakan suasana yang gembira. Karena itu, Pak Wismoyo selal
… (tap to view full text)

Source link