Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]
Tentang Bapak Mohammad Noer yang lebih dikenal dengan panggilan Cak Noer. Saya sebenarnya baru mengenal beliau setelah beliau pensiun. Saya sempat bertemu dengannya ketika beliau menjadi duta besar di Prancis, tetapi kemudian saya baru memiliki kesempatan untuk berbincang-bincang lebih dalam setelah beliau lama pensiun dan kembali ke Surabaya.
Sebagai tokoh Jawa Timur yang sangat dikenal dekat dengan rakyat. Saya waktu itu merasa perlu untuk berdiskusi bersama beliau. Saat itu saya menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. Mungkin karena beliau tahu bahwa saya juga sangat memperhatikan nasib pertanian dan petani di Indonesia. Beliau bersedia memenuhi undangan saya untuk memberi pengarahan dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh HKTI di Surabaya. Setelah itu saya beberapa kali berbicara dengan beliau.
Beliau memiliki banyak pandangan tentang pembangunan ekonomi di pedesaan, dan juga ekonomi kerakyatan yang sejalan dengan pendapat saya. Kami yakin bahwa Indonesia bisa mandiri, harus bisa swasembada pangan, dan kita harus memberikan penghasilan yang lebih adil kepada para petani yang merupakan kelompok produsen yang vital bagi kemerdekaan suatu bangsa.
Dari banyak cerita beliau, ada beberapa hal yang menarik bagi saya. Pertama, beliau cerita sering mengajak seluruh staf utama melakukan perjalanan dari desa ke desa. Beliau cerita, sering melakukan rapat di pendopo desa, kecamatan, dan kabupaten. Beliau mengatakan bahwa dalam sebulan, beliau bisa dua hingga tiga minggu berada di luar ibu kota provinsi, lebih sering berada di desa maupun di kecamatan. Dari situ, beliau bisa melihat dan menangkap kesulitan-kesulitan yang dialami di pedesaan.