Hizbullah Memperhatikan Israel, AS Mulai Berdiplomasi

by -128 Views
Hizbullah Memperhatikan Israel, AS Mulai Berdiplomasi

Perang Israel dan Hamas telah terus berlangsung selama lebih dari tiga bulan, dan bahkan semakin meluas. Pada Sabtu (6/1/2024) kemarin, puluhan tembakan besar dari Lebanon menghantam wilayah Israel utara. Hal ini dilakukan oleh kelompok Hizbullah sebagai “respon awal” terhadap pembunuhan wakil ketua Hamas, Saleh al-Arouri. Kondisi semakin tegang setelah pembunuhan tersebut, terutama di Lebanon, kubu sekutu Hamas yang didukung Iran.

Di sisi lain, Amerika Serikat dan Uni Eropa berusaha untuk menghentikan dampak perang tersebut agar tidak meluas ke Lebanon, Tepi Barat, dan Jalur Perairan Laut Merah. Selain itu, mereka juga memulai dorongan diplomatik untuk mengakhiri perang di Gaza. Sejauh ini, lebih dari 22.600 orang tewas akibat serangan Israel di Gaza, dan daerah kantong padat penduduk yang berpenduduk 2,3 juta orang dihancurkan.

Hizbullah melakukan serangan ke Israel dengan 62 roket sebagai tanggapan awal atas pembunuhan Saleh al-Arouri. Militer Israel mengidentifikasi sekitar 40 roket yang ditembakkan ke arah mereka dan merespons dengan menyerang sel teroris yang ikut serta dalam peluncuran tersebut.

Di sisi lain, kelaparan di Gaza semakin parah, dengan tingkat kerawanan pangan yang tertinggi yang pernah tercatat. Masyarakat di Gaza menghadapi kematian dan keputusasaan akibat serangan Israel yang tak kunjung berhenti. Kelaparan di Gaza juga menyebabkan bencana kesehatan masyarakat, di mana penyakit menular menyebar di tempat penampungan yang penuh sesak.

PBB telah memperingatkan bahwa Gaza menjadi “tidak dapat dihuni” akibat konflik yang terus berlanjut. Sekitar 22.600 warga Palestina tewas dan hampir 58.000 lainnya terluka. Banyak anak-anak di Gaza yang terancam oleh siklus mematikan akibat kekurangan gizi dan layanan kesehatan.

Rumah sakit Al-Shifa, yang terbesar di Gaza, hampir tidak berfungsi sejak pertengahan November karena terputus dari aliran listrik. Kementerian Kesehatan Gaza meminta lembaga internasional untuk melakukan intervensi segera dalam memfasilitasi pergerakan staf medis dan pasokan obat-obatan ke Gaza.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, juga melakukan upaya diplomasi untuk mencegah konflik meluas di Timur Tengah. Pemerintahan AS ingin meredakan ketegangan yang meningkat sejak perang Israel dengan Hamas dimulai pada bulan Oktober. Palestina juga menyatakan bahwa masa depan Jalur Gaza ditentukan oleh rakyat Palestina, bukan oleh Israel.

Tentu saja, kondisi konflik yang terjadi di Timur Tengah, terutama di Gaza, memprihatinkan dan membutuhkan penyelesaian yang komprehensif dari seluruh pihak yang terlibat.