Membuat BUMN sebagai Ujung Tombak Ekonomi

by -381 Views
Membuat BUMN sebagai Ujung Tombak Ekonomi

Artikel ini ditulis oleh Prabowo Subianto, diambil dari Buku 1 Kepemimpinan Militer: catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.

Menurut Prabowo Subianto, untuk hal-hal yang strategis, pemerintah harus menggunakan BUMN sebagai ujung tombak dan implementer. Banyak negara seperti Singapura dan Tiongkok dengan 150.000 BUMN-nya mampu melakukannya. Untuk itu, BUMN di Indonesia perlu merekrut manajer, insinyur, dan direksi yang kapabel.

Prabowo juga percaya bahwa tidak mungkin tidak ada orang-orang handal di Indonesia. Ia berpendapat bahwa kita harus percaya kepada bangsa kita dan memberikan kesempatan kepada orang-orang yang banyak tidak diberikan kesempatan.

Pengalaman Prabowo di tentara mengajarkan bahwa “there are no bad soldiers, only bad commanders”. Artinya, tidak ada prajurit yang jelek, yang ada hanya komandan-komandan atau pemimpin yang jelek. Jika dipimpin dengan baik, anak-anak muda dan profesional di Indonesia bisa berkembang.

Prabowo juga menekankan pentingnya peran koperasi dalam ekonomi Indonesia. Menurutnya, koperasi adalah alat pemerataan dan harus digalakkan. Namun, ini tidak berarti bahwa koperasi diperbesar sedangkan swasta dilemahkan. Prabowo percaya bahwa swasta, BUMN, dan koperasi harus bergerak sejajar dan bisa menarik ekonomi bangsa ke depan.

Ia mengakui bahwa akan ada tantangan dan kegagalan dalam menerapkan konsep ini, namun ia percaya bahwa koperasi di Indonesia bisa menjadi alat pemerataan yang besar dan motor swasembada.

Prabowo juga menyoroti distribusi pupuk di Indonesia, dimana distributornya seharusnya koperasi, namun diganti dengan perusahaan swasta. Hal ini menurutnya melanggar asas pasar bebas dan menyebabkan nepotisme.

Prabowo menekankan pentingnya kembali ke asas-asas yang benar, dimana barang rakyat harus dikelola oleh rakyat melalui koperasi, dan pemerintah jika perlu.

Terakhir, Prabowo menegaskan bahwa koperasi juga bisa menjadi motor swasembada Indonesia, namun untuk itu diperlukan pengerahan tenaga, pikiran, dan usaha yang sungguh-sungguh. Ia mengajak untuk menganggap ini sebagai suatu usaha nasional yang penting.