Jakarta, CNBC Indonesia – Otomasi industri atau pengoperasian pabrik disebut sebagai fase yang harus dihadapi oleh industri manufaktur, termasuk industri makanan dan minuman olahan di Indonesia. Fenomena otomasi pabrik menggunakan mesin-mesin yang lebih modern dan otomatis ini merupakan bagian dari upaya efisiensi pabrik.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan bahwa efisiensi merupakan hal yang biasa dilakukan perusahaan untuk melakukan ekspansi. Namun, Adhi yakin bahwa tidak akan ada gelombang PHK (pemutusan hubungan kerja) karena industri makanan dan minuman masih tumbuh. Investasi, baik asing maupun dalam negeri, juga masih terus berkembang.
Dalam industri makanan dan minuman olahan, saat ini terdapat sekitar 4 juta tenaga kerja langsung. Adhi mengungkapkan bahwa otomasi di industri ini akan menjadi keharusan demi menjaga keberlanjutan industri tersebut.
Selain itu, kompetensi tenaga kerja juga harus ditingkatkan untuk dapat bersaing di era otomasi pabrik. Otomasi pabrik diharapkan memberi ruang bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi sehingga lebih efisien dan menyerap tenaga kerja. Adhi optimistis bahwa investasi dan pertumbuhan industri makanan dan minuman olahan masih akan terjadi.
Dia memprediksi bahwa industri ini akan tumbuh sekitar 5% tahun ini, sedangkan tahun lalu sekitar 4,9%. Investasi asing di industri makanan minuman juga diprediksi masih akan terus berkembang. Demikian juga dengan investasi dalam negeri. Adhi menekankan bahwa industri makanan dan minuman tidak akan mengalami penyusutan jumlah tenaga kerja secara total, namun akan terjadi peralihan dan penyerapan tenaga kerja di daerah lain dalam rangka ekspansi perusahaan.