Jakarta, CNBC Indonesia – Kapten Yair Edou Netanyahu, keponakan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, dilaporkan tewas dalam operasi darat di Jalur Gaza. Kabar ini dilaporkan oleh media Sputnik yang berbasis di Rusia, dikutip Anews dan TurkiyeNewsPaper, dikutip Selasa (7/11/2023).
Dalam laporan tersebut, Yair diklaim kehilangan nyawanya selama konflik intens dengan Brigade Qassam di Gaza. Laporan juga menyebutkan Netanyahu dikabarkan terkejut dengan kabar tersebut tetapi hingga kini pihak Tel-Aviv belum memberikan tanggapan terkait kematian Yair.
Laporan yang belum diverifikasi ini juga menyebut bahwa Yair Edou Netanyahu adalah pemimpin unit penembak jitu penetrasi Israel dalam perang di Gaza. Ia juga dikenal sebagai ‘penembak jitu berbahaya’.
Sementara dalam update terbaru Al-Jazeera, dilaporkan sebanyak 10.185 warga Palestina tewas dalam serangan Israel. Sebanyak 10.022 warga Gaza tewas sementara 163 orang tewas di Tepi Barat.
Angka warga terluka di Gaza mencapai 25.408. Sementara korban luka di Tepi Barat mencapai 2.100. Israel sendiri mencatat 1.405 orang tewas dan 5.600 terluka. Rata-rata korban terjadi saat serangan mendadak Hamas 7 Oktober.
Sementara itu, dalam update baru Netanyahu mengaku pihaknya mempertimbangkan menyetop sementara perang. Ia mengatakan membuka opsi “jeda kecil pertempuran” di Gaza. Ini untuk memfasilitasi masuknya bantuan termasuk pelepasan sandera. Tapi, ia tetap menolak seruan gencatan senjata umum meskipun ada tekanan internasional yang meningkat.
Pengumuman ini disampaikannya Selasa setelah mengepung Kota Gaza yang berpenduduk padat, tempat kelompok Hamas bermarkas. Militer Israel sendiri mengklaim telah merebut kompleks Hamas dan bersiap menyerang para pejuang yang bersembunyi di terowongan bawah tanah.
Netanyahu mengatakan gencatan senjata secara umum akan menghambat upaya perang negaranya. Namun klaimnya, menghentikan pertempuran karena alasan kemanusiaan, sebuah gagasan yang didukung Amerika Serikat (AS), akan dipertimbangkan berdasar keadaan.
“Jeda taktis- satu jam di sini, satu jam di sana- kita sudah mengalaminya sebelumnya,” ujar Netanyahu dalam wawancara dengan media ABC News, dikutip Reuters.
“Saya kira kita akan memeriksa keadaan untuk memungkinkan barang, barang kemanusiaan masuk, atau sandera kita, sandera individu, untuk pergi,” tambahnya.
“Tetapi menurut saya tidak akan ada gencatan senjata secara umum.”
Netanyahu pun mengatakan bahwa ketika konflik selesai “Israel akan … memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan (di Gaza)”. Ini berarti Israel akan menjadi otoritas yang mengatur wilayah itu.