Kementerian Perhubungan menjawab kritikan terhadap Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang berlokasi di Majalengka, yang dianggap jauh dari berbagai kota besar. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Maria Kristi Endah Murni membandingkannya dengan langkah perpindahan Bandara Kemayoran ke Bandara Soekarno Hatta (Soetta) beberapa puluh tahun yang lalu.
“Dalam banyak kasus, bandara terletak di luar kota. Saat sudah terbiasa, hal tersebut menjadi biasa. Dulu saat isu pindah dari Kemayoran ke Cengkareng, dianggap jauh dan tempat yang tidak diinginkan, tetapi saat ini sudah menjadi biasa,” katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (3/11/23).
Sebagai bagian penting dari bandara internasional, aksesibilitas yang baik sangat diperlukan. Dalam hal ini, BIJB Kertajati didukung oleh Tol Cisumdawu yang memudahkan akses dari dan ke bandara. Melalui tol ini, masyarakat dari beberapa kota sekitar dapat mencapai bandara ini.
“Bandara ini akan menjadi lebih strategis karena tidak hanya untuk warga Bandung, tetapi juga untuk Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Tegal. Selama ini, orang-orang dari Cirebon harus pergi ke Jakarta karena Bandara Husein Sastranegara di Bandung tidak dapat dikembangkan. Oleh karena itu, Kertajati ini akan mencakup wilayah Jawa Tengah. Orang-orang dari Cirebon tidak perlu pergi ke Jakarta, tetapi bisa langsung ke Kertajati,” ungkap Kristi.
Sementara itu, Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, juga berupaya menarik minat masyarakat untuk terbang dari bandara ini, salah satunya dengan merencanakan penambahan rute domestik.
“Untuk rute domestik, saat ini terdapat 7 rute di Bandara Kertajati. Potensi untuk membuka rute-rute domestik baru masih sangat besar, dan kami sedang membahas hal ini dengan maskapai-maskapai nasional,” ujar Awaluddin.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya:
Jokowi Menemukan ‘Harta Karun’ Baru di Majalengka, Ini Katanya
