Sektor Keuangan Bersiap Merayakan dengan Melambatnya Pasar Tenaga Kerja AS

by -126 Views

Pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) mulai mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari tingkat pengangguran yang meningkat dan perlambatan penciptaan lapangan kerja di sektor nonfarm payrolls.

Data tenaga kerja yang memburuk ini menjadi berita baik bagi dunia karena menunjukkan perlambatan inflasi sehingga Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat melonggarkan kebijakan moneternya.

Jumlah nonfarm payrolls meningkat sebanyak 150.000 pada bulan tersebut, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat (3/11/2023). Angka ini lebih rendah dari perkiraan konsensus Dow Jones yang memproyeksikan peningkatan sebanyak 170.000.

Tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada bulan Oktober. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.

Pasar bereaksi positif terhadap laporan ini, dengan kontrak berjangka yang terkait dengan Dow Jones Industrial Average meningkat 100 poin.

Melemahnya data ini menjadi sentimen negatif bagi pasar tenaga kerja karena akan menjadi lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan di AS. Namun, hal ini dapat menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan.

Perlambatan pasar tenaga kerja memungkinkan terjadinya penurunan inflasi karena daya beli masyarakat mengalami perlambatan. Penurunan inflasi ini memungkinkan The Fed untuk melonggarkan kebijakan pengetatan suku bunga.

Data tenaga kerja hari ini semakin menegaskan penurunan pasar tenaga kerja yang terjadi. Pada hari Kamis, AS juga melaporkan klaim pengangguran naik 5.000 menjadi 217 ribu pada minggu yang berakhir pada 28 Oktober. Angka ini melebihi ekspektasi pasar sebesar 210.000.

Sektor tenaga kerja AS menjadi sorotan pada bulan Oktober karena dilakukan demonstrasi massal oleh ribuan pekerja sektor otomotif, hiburan, dan kesehatan.

Data Tenaga Kerja AS menyebutkan sekitar 48.100 pekerja melakukan demonstrasi pada bulan Oktober. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak Februari 2004 atau 19 tahun yang lalu. Data tenaga kerja AS menjadi salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Jika pengangguran AS meningkat, hal ini akan menjadi berita baik bagi pasar keuangan Indonesia karena dapat membuat kebijakan moneter menjadi lebih longgar di masa depan.