Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, telah mengeluarkan perintah untuk menembak dan membunuh para pengunjuk rasa guna mencegah kerusuhan yang terjadi akibat aksi anti-Israel. Ini terjadi setelah ribuan massa menyerbu bandara Makhachkala untuk mencari pesawat asal Israel dan warga Yahudi.
Melalui akun Telegramnya, Kadyrov memerintahkan Kementerian Dalam Negeri dan pasukan Garda Nasional untuk menahan siapa pun yang turun ke jalan di Republik Chechnya di Kaukasus Utara Rusia. Wilayah ini mayoritas penduduknya beragama Muslim.
Kadyrov menyatakan, “Jika tidak, berikan tiga tembakan peringatan ke udara, dan jika orang tersebut tidak mematuhi hukum setelahnya, berikan tembakan keempat di dahi.”
Kadyrov, yang telah memerintah Republik Chechnya sejak tahun 2007, merupakan pemimpin yang otoriter. Wilayah Chechnya sendiri telah mengalami kerusakan yang parah akibat dua perang separatis pada 1990-an dan awal 2000-an.
Dalam seruan ini, Kadyrov juga memperingatkan bahwa setiap demonstrasi publik yang terkait dengan perang Israel-Hamas akan ditindas dengan kejam. Ia menyatakan, “Kita tidak boleh ikut-ikutan dengan musuh-musuh Rusia dan merusak situasi dari dalam. Kita harus mengatasi semua ini dan menjaga ketertiban di tanah kita sendiri.”
Kadyrov sejalan dengan pejabat Rusia lainnya, termasuk Presiden Vladimir Putin, yang menyalahkan kekerasan massa di bandara Dagestan pada “musuh Rusia” di luar negeri. Rusia sendiri telah mengajak Israel dan Hamas untuk menahan diri, karena konflik ini dapat meluas.
Putin mengadvokasi solusi dua negara terhadap konflik Palestina-Israel dan menegaskan bahwa Israel bersalah atas pemboman Gaza sebagai pembalasan atas pembantaian dan penyanderaan warga Israel oleh Hamas. Putin juga menekankan bahwa perang melawan terorisme tidak dapat dilakukan dengan prinsip tanggung jawab kolektif, di mana orang yang tidak bersalah menjadi bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan oleh orang lain.
Sumber: CNBC Indonesia