Kemenperin Mengungkapkan Fakta Buruk Mengenai Manufaktur di Indonesia

by -309 Views
Kemenperin Mengungkapkan Fakta Buruk Mengenai Manufaktur di Indonesia

Sektor manufaktur di dalam negeri sedang mengalami perlambatan kinerja. Hal ini terlihat dari tren indeks kepercayaan industri pengolahan (manufaktur) yang terus melambat. Meskipun para pengusaha masih percaya diri dengan kondisi enam bulan ke depan, jumlah pengusaha yang pesimis juga meningkat.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Oktober 2023 mengalami penurunan sebesar 1,81 poin menjadi 50,70 dibandingkan dengan indeks bulan September 2023 yang mencapai 52,51. Data IKI 2023 yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan tren penurunan setelah mencapai level tertinggi dalam setahun terakhir pada bulan Juni 2023. Saat itu, IKI mencapai 53,93, naik dari posisi 50,90 pada bulan Mei 2023.

Hal ini berarti bahwa IKI pada bulan Oktober 2023 ini mencapai posisi terendah dalam setahun terakhir, sejak November 2022.

Meskipun demikian, Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan bahwa IKI bulan Oktober 2023 masih berada dalam fase ekspansi. Dalam rincian lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa 14 subsektor industri pengolahan atau 78% berada dalam fase ekspansi, sedangkan 22% atau 9 subsektor mengalami kontraksi.

“Indeks Kepercayaan Industri pada bulan Oktober 2023 masih berada pada level ekspansi sebesar 50,70, mengalami penurunan 1,81 poin dibandingkan dengan bulan September 2023 yang mencapai 52,51,” kata Febri saat Rilis Indeks Kepercayaan Industri Oktober 2023, yang ditayangkan di akun Youtube Kemenperin, pada Selasa (31/10/2023).

Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa variabel pesanan baru dan produksi mengalami ekspansi pada bulan Oktober 2023 dengan level masing-masing 51,72 dan 50,83. Sementara itu, variabel persediaan produksi masih mengalami kontraksi pada level 47,95 dibandingkan dengan posisi pada bulan September 2023 yang tercatat di 47,40.

Febri menjelaskan bahwa penurunan variabel pesanan baru terjadi baik di pesanan domestik maupun luar negeri.

“Beberapa responden juga menyampaikan bahwa hal ini disebabkan oleh daya saing harga di pasar domestik. Penurunan ekspansi pada variabel produksi terjadi karena penurunan pesanan, di mana mayoritas subsektor menyampaikan bahwa hal ini disebabkan oleh masih banyaknya persediaan produk,” jelas Febri.

Dia menambahkan bahwa Kemenperin telah mengidentifikasi penyebab perlambatan IKI bulan Oktober 2023 yang mengalami penurunan.

Pertama, katanya, penurunan daya beli secara global, terutama di negara mitra dagang utama Indonesia seperti AS, China, dan Eropa, telah menyebabkan penurunan permintaan manufaktur Indonesia secara drastis.

“Di pasar domestik, penurunan daya beli disebabkan oleh harga energi, terutama BBM. Serta kenaikan suku bunga yang menyebabkan cost of fund di sektor manufaktur meningkat, yang berdampak pada kenaikan harga barang manufaktur,” terangnya.

Kedua, lanjutnya, efek pelemahan nilai tukar rupiah telah menyebabkan kenaikan biaya produksi karena harga impor meningkat. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami penurunan selama lima bulan berturut-turut.

“Faktor ketiga adalah faktor eksternal, seperti banjirnya produk impor, peredaran barang ilegal, dan kenaikan harga energi pada bulan Oktober ini,” ujarnya.

“Kami melihat bahwa kinerja penegak hukum dan kementerian/lembaga terkait tampaknya belum sepenuhnya dapat meredam arus barang impor dan barang ilegal lainnya yang merusak pasar domestik,” tambah Febri.

Tren pesimisme juga terlihat pada bulan Oktober 2023. Secara umum, tingkat optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usaha untuk enam bulan ke depan masih tinggi, mencapai 61%. Mayoritas responden optimis bahwa kondisi pasar akan membaik karena adanya kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik.

“Sebanyak 24,9% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi usahanya stabil dalam enam bulan mendatang. Angka ini tidak berubah dari kondisi bulan sebelumnya,” kata Febri.

“Persentase pesimisme pandangan pelaku usaha terhadap kondisi usaha enam bulan ke depan adalah sebesar 14%, meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai 11,6%,” tambahnya.